Kunjungan ke Museum Wayang Kekayon, Yogyakarta
Hari jum’at tanggal 30 september Lalu, saya bersama teman
SMA saya, Joshua, pergi berkunjung ke museum wayang Kekayon Yogyakarta. Kali itu,
adalah pertama kalinya buat kami berkunjung ke museum wayang kekayon. Untuk
Lokasinya sendiri, museum kekayon beralamat di Jl.Yogya-Wonosari (Jalan
Wonosari) Km 7, Bantul, Yogyakarta. Untuk Pergi Ke sana, karena kami berangkat
dari condong catur, kira-kira memakan waktu sekitar 15-20 menit, menggunakan
sepeda motor. Kalau menggunakan Mobil, dari Condong catur sendiri, selama tidak
macet, mungkin memakan waktu 15 menit. Kalau menggunakan kendaraan pribadi,
kalau belum mengenal jalan, mungkin bisa menggunakan Ring Road Timur sebagai
patokan. Kalau kalian datang dari ringroad timur, bisa belok kearah timur ke
jalan wonosari. Dari situ, sekitar 100 meter, bisa langsung terlihat museum
Kekayon Yogyakarta di kiri jalan. Jika memang tidak tahu daerah jogja, mungkin
kalian bisa menggunakan jasa ojek online atau taksi, yang tersedia banyak
diseluruh jogja.
Untuk Trans jogja sendiri Terminal terdekat adalah terminal
di jalan Ring Road timur, yang, untuk menuju museum kekayon, mungkin kamu perlu
menempuh jarak beberapa ratus meter. Kalau memang kalian ingin menggunakan bus
trans jogja, kalian bisa naik Trans Jogja Rute 1A, dan turun di terminal Ring
Road Timur. Lalu untuk kembali, kamu bisa ambil jalur 1A lagi, atau berbalik
arah dengan menggunakan jalur 1B. Kalau memang kamu tidak masalah dengan
menunggu Bus Trans Jogja yang lama, (karena jarak terminal yang jauh), dan
berjalan kaki sampai museum, disarankan dengan bus trans jogja saja kaena biaya
yang murah.
Sesampainya kami di museum wayang Kekayon, Kami sedikit
kebingungan, karena tidak adanya papan penunjuk tempat parker. Awalnya, kami
berhenti di samping pendopo, namun karena di situ adalah tempat parker karyawan,
lalu kami pindah ke tempat terbuka di depan pendopo. Setelah itu kami membeli
tiket masuk, seharga Rp.7000,- dan Rp.10.000,- jika kalian adalah seorang
wisman. Langsung saja, kami ditawari untuk diantar masuk oleh mbak penjaga
loket tiket, yang dari Dosen saya, saya tahu nama mbaknya adalah mbak Tyas.
Ternyata, bersamaan dengan menjaga loket tiket, mbak Tyas juga bekerja sebagai
guide. Selama Disana, kami berdua diantar berkeliling oleh Mbak Tyas sambil
diceritakan mengenai koleksi-koleksi yang ada di sana.
Di Museum Wayang Kekayon sendiri, setelah pemugaran,
terdapat tujuh ruang display, yang kemudian semuanya kami masuki. Sayang,
berdasarkan info dari Mbak Tyas, karena memang proses pemugaran belum
sepenuhnya selesai, tidak semua barang pameran di display di sana. Masih ada
beberapa dalam tahap persiapan pemasangan. Di dalam museum wayang kekayon
sendiri, terdapat banyak sekali koleksi-koleksi wayang, dari yang paling lama
hingga yang terbaru, dengan usia yang sangat beragam. Di Tiap tiap ruangan, ada
berbagai macam jenis wayang.
Di beberapa ruang pertama, wayang-wayang dibedakan
berdasarkan masanya. Dan dari setiap masa itu, wayang-wayang tersebut juga
terbagi atas ceritanya. Seperti, Wayang-wayang pada masa menceritakan cerita-cerita
hindu-buddha, (Ramayana, Mahabarata) kemudian wayang yang menceritakan tentang
masa penjajahan, kemudian Fabel, Humor, hingga kejadian sehari-hari. Di
Ruangan-ruangan berikutnya, kami melihat pembagian wayang berdasarkan bahan
pembuatannya. Ada wayang yang terbuat dari Kulit, ada yang dari kayu. Dan untuk
pegangannya, ada yang dari tanduk, dan ada yang sudah terbuat dari bambu. Untuk
Wayang orang sendiri, di setiap ruangan, terdapat minimal satu wayang orang. Kami
juga diperlihatkan wayang yang digambar di kain, yang menurut mbak Tyas, sang
dalang tidak memainkan wayang, melainkan bercerita dari gambar di kain
tersebut. Di ruang terakhir, di pajang koleksi wayang kulit 100 pasukan Kurawa,
lengkap 100 wayang. Di sana, kami juga dijelaskan perbedaan wayang jogja dengan
solo, terlihat pada wayang lima pandawa. Selain itu, kami juga diperlihatkan
berbagai macam koleksi wayang dari berbagai daerah.
Setelah dari sana, kami keluar dan melihat-lihat pendopo,
yang kebetulan sedang dipersiapkan untuk kegiatan resepsi pernikahan. Karena
memang, berdasarkan mbak Tyas, pendopo tersebut disewakan untuk umum. Di atas
panggung pendopo, kami melihat Barong, dan juga patung besar Garuda Wisnu
Kencana. Setelah mengunjungi pendopo, berakhirlah perjalanan kami ke museum.
Sekedar informasi, Museum ini didirikan oleh Prof. DR. dr.
KPH. Soejono Prawirohadikusuma, karena kecintaannya pada wayang, dan tidak
adanya museum wayang di Indonesia pada masa itu. Koleksi yang ada di sini,
diawali dengan koleksi pribadi beliau, yang beliau cari seorang diri. Kemudian,
setelah museum ini berdiri, mulai ada beberapa pengrajin dan tokoh-tokoh
pewayangan yang menyumbangkan koleksi mereka untuk disimpan di museum ini.
Setelah beliau meninggal, museum inipun dikelola oleh anak bungsunya, bapak RM
Donny S. Megananda.
Menurut Saya Pribadi, masih ada banyak hal dari museum ini
yang bisa diperbaiki dan dikembangkan lagi. Seperti contohnya keperawatan
museum. Sayangnya, terlihat di hampir seluruh bagian museum, terutama bagian
luar, terlihat terbengkalai dan tidak terawat. Selain itu, untuk pendopo sendiri, mungkin
dapat daiadakan pagelaran rutin, selain hanya untuk persewaan. Mungkin, hal ini
dapat diperbaiki agar dapat menarik lebih banyak pengunjung ke sana. Karena
akan sangat sayang apabila kebudayaan Indonesia, apalagi sudah diakui UNESCO,
terlantar tak terawat begitu saja, dan tidak ada seorang pun yang datang
berkunjung ke sana.
Maka dari itu, kalian yang tertarik, bisa langsung
berkunjung ke sana, dan memberi dukungan dengan menjadi seorang pengunjung. Museum Kekayon, meskipun berdasarkan google
maps buka dari jam 08.00-16.00, namun nyatanya, buka dari jam 08.30-14.00 hari
Senin-Jum’at, dan 08.30-12.00. Kalian juga bisa datang saat hari libur, namun
perlu konfirmasi dengan pihak museum atau mengirim surat pemberitahuan terlebih
dahulu. Jangan lupa berkunjung, =))
Tidak ada komentar: